[Foto; Arthur Zanetti]
BioShared ; London- Arthur Zanetti boleh dibilang menang karena kecakapan
psikologisnya dan keberaniannya mengatasi nomor gelang-gelang manakala
dia menjadi pesenam Brazil pertama yang memenangi emas senam Olimpiade
Senin malam tadi.
Zanetti membuat juara
bertahan Olimpiade Chen Yibing terpojok setelah Oktober tahun lalu atlet
China ini mengalahkan Zanetti pada Kejuaran Dunia.
Zanetti menaikkan tingkat kesulitan untuk mengatasi perlawanan pesaingnya.
"Kini
saya nomor satu, tapi saya berterimakasih padanya (Chen) untuk sampai
sejauh ini, karena dengan berlatih mengalahkannyalah yang membuat saya
bisa melakukan ini," kata Zanetti kepada wartawan seraya mencium medali
emasnya.
Pesenam berusia 22 tahun ini datang ke London menyalip pada putaran final manakala semua perhatian tertuju kepada Chen.
Ketika Zanetti lolos ke putaran final pada urutan empat, dunia tak menggubrisnya.
Dia
diuntungkan oleh tampil terakhir di North Greenwich Arena dari delapan
finalis nomor ini sehingga memberinya keuntungan untuk bisa melihat
berapa skor yang diperlukannya guna menumbangkan Chen.
Ketika atlet China itu yakin telah memenangi nomor ini, Zanetti
justru tampil mantap, termasuk pergerakan "mendarat" sempurna sehingga mengakhiri impian emas Chen.
Skor babak kualifikasi Zanetti adalah 15.616, sedangkan skor finalnya 15.900, ini di atas pencapain Chen yang 15.800.
"Ketika saya melihat papan skor, saya berkata 'Itu tidaklah mustahil," kata Zanetti seperti dikutip Reuters.
"Saya tahu ini sangatlah sulit tapi bukan hal yang mustahil. Konsentrasi saya dan latihan bertahun-tahun saya terbayar sudah."
Brazil terus bermimpi mendapatkan emas senam Olimpiade sejak Daiane dos Santos memenangi emas senam lantai Kejuaraan Dunia 2003.
Dos Santos yang difavoritkan juara Olimpiade 2004, malah hanya mampu menempati urutan kelima.
Lalu,
pada Olimpiade 2008, harapan emas itu dialihkan ke pundak juara dunia
Diego Hypolito. Sekali lagi pada Olimpiade London, Hypolito kembali
gagal memenuhi dahaga emas Brazil pada senam Olimpiade.
Semua tumpuan kemudian beralih kepada Zanetti, dan dia sama sekali tak merasa terbebani dengan ini.
Zanetti
mengaku dimatangkan oleh persiapan psikologis untuk menjawab tekanan
harapan Brazil itu. "Bukanlah mudah menghadapi tekanan seperti itu.
(Tapi) Saya berhasil mengatasi tekanan itu," katanya seperti dikutip
Reuters.
Empat tahun mendatang pada 2016,
mungkin akan ada lebih banyak tekanan kepadanya karena dia akan menjadi
juara bertahan. Tapi tidak apa-apa karena dia akan diuntungkan karena
nanti dia akan tampil di Rio de Janeiro, di negerinya sendiri.
Chen
yang mengumumkan pensiun menyusul kekalahan ini, tidak akan kembali,
tapi Zanetti akan siap meneruskan dominasnya di nomor ini. [antaranews.com]
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !